Strategi Pembelajaran Naghom wa Nasyidah/ So’im

MTsN 7 Jember adalah sebuah madrasah yang telah ber-brand madrasah Riset dan Literasi dengan menyandang beberapa prestasi bidang di Riset. Terletak di bagian barat kabupaten Jember, tepatnya desa Umbulrejo kecamatan Umbulsari. Dukungan masyarakat Umbulsari yang tinggi terhadap pendidikan sangat baik untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan kompetitif. Tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat Umbulsari dan Semboro cukup baik karena adanya perusahaan besar PG Semboro dan pertanian jeruk Semboro yang cukup terkenal kualitasnya. Tingkat kemakmuran masyarakat ini berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan masyarakat juga selalu berbanding lurus dengan kesadarannya tentang pentingnya pendidikan. Inilah salah satu sisi penting yang menjadikan MTsN 7 Jember dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan kondusif sehingga bisa menghasilkan prestasi dalam banyak bidang.

Pembelajaran Bahasa Arab di MTsN 7 Jember berjalan cukup baik dan berhasil mencapai target, walaupun tidak muncul sebagai prestasi dalam lomba akademik. Karena lomba mapel bahasa Arab sangat jarang ada, tidak seperti lomba olimpiade matematika, sain, humaniora, dan lain-lain yang selalu ada setiap tahun. Pembelajaran Bahasa Arab pada jenjang MTs, siswa mendapatkan materi struktur jumlah ismiyah di kelas VII dan VIII dengan porsi lebih banyak dari pada materi qawaid lainnya. Karena jumlah ismiyah adalah tata bahasa Arab yang paling mirip (paling sedikit kontrastifnya) dengan tata bahasa ibu para murid (bahasa Jawa dan bahasa Indonesia). Sedangkan qowaid tidak diajarkan mendahului teks, tetapi qowaid diajarkan untuk mendampingi dan mengawal teks materi yang telah dikuasai oleh murid. Sejak awal tahun 2020 dengan terjadinya fenomena besar yang menjadikan dunia pendidikan kalangkabut, yaitu fenomena lockdown Covid 19, dimana guru dan para murid dilarang bertemu muka. Semua kegiatan pembelajaran harus daring. Pembelajaran bahasa Arab yang harus menyertakan gaya atau lahjah bahasa dalam setiap pembelajarannya pun demikian. Sehingga setiap guru harus berkreasi dalam menyampaikan materi pelajaran melalui aplikasi tertentu via internet. Hasilnya tidak maksimal, karena hanya ditujukan untuk meminimalisir kerugian pembelajaran dari efek lockdown Covid 19. Namun ada hal-hal baik dari pembelajaran daring saat lockdown yang masih bisa diteruskan hingga saat ini.

Fenomena beralih sistem pembelajaran dari konvensional menjadi daring pada tahun 2020 yang lalu, ditengah upaya pemerintah untuk memutus rantai penularan covid 19, menimbulkan banyak kenangan dan pengalaman. Saat itu perubahan sistem yang secara tiba-tiba menjadikan begitu banyak probelmatika yang muncul selama proses pembelajaran daring, khususnya pembelajaran bahasa Arab. Guru bahasa Arab ataupun guru bahasa Asing lainnya kelimpungan mencari strategi yang tepat untuk sistem pembelajaran daring, hingga menimbulkan opini pesimistis di kalangan pendidik dan wali murid sebagai pendamping kegiatan pembelajaran di rumah. Teringat prediksi dari Thomas L.Friedman, bahwa sistem pembelajaran akan menjadi lebih fleksibel dimasa depan dengan adanya jaringan  internet.[1]

Upaya guru dan madrasah saat itu adalah sebisa mungkin melahirkan strategi menghilangkan kejenuhan belajar daring dan kecemasan hingga menjadi stressor psikososial bagi murid. Yaitu fenomena yang muncul dalam lingkungan murid yang dapat mengganggu keseimbangan mental dan kesehatan fisik. Problematika yang muncul selama proses pembelajaran bahasa Arab daring ada tiga hal yang meliputi ranah linguistik, metodologis, dan sosiologis. Yakni: 1). Problematika linguistik yaitu terhambatnya pembelajaran kebahasaan karena ketiadaan tatap muka, yang meliputi fonetik (makhorijul huruf), kosa kata (Mufrodat), Penulisan huruf dan kata, morfologi (shorof), sintaksis (nahwu), dan semantik (ma'ani). 2). Problematika metodologis yaitu terhambatnya pembelajaran bahasa Arab karena ketiadaan metode konvensional yang bisa efektif diterapkan dalam sistem pembelajaran daring. sehingga daya serap pengetahuan dan keterampilan murid terhadap pembelajaran bahasa Arab sangat menurun. 3). problematika sosiologis yaitu terhambatnya pembelajaran bahasa Arab karena social distancing. Dimana bahasa pada asalnya adalah lisan yang memerlukan interaksi sosial langsung tatap muka dan stimulus response dalam pemecahan masalah. Terutama masalah kalam atau muhadatsah dan ketatabahasaan.

Menghadapi problematika pembelajaran bahasa Arab ini, guru melakukan beberapa upaya sebagai berikut: 1) Mengubah atau mengurangi fokus tujuan pembelajaran menjadi hanya pada pemahaman materi pembelajaran saja.  2) Bekerja sama dengan orang tua murid untuk mendukung pembelajaran bahasa Arab di rumah. 3) Memanfaatkan teknologi informasi sebaik-baiknya. 4) Mengupayakan atau mencari metode pembelajaran yang sesuai dengan sistem daring yang dapat membuat pembelajaran menjadi mengasyikkan, 5) Melakukan modifikasi media-media sosial yang digunakan untuk pembelajaran daring agar lebih menarik minat murid belajar bahasa Arab. 6) Memaksimalkan waktu pembelajaran dengan berfokus pada pemahaman murid terhadap materi yang disampaikan. 7) Melakukan evaluasi penghafalan mufradat, tashrif, maupun nahwu dengan mengirimkan video via e-learning, whatsApp, atau Google Classroom. Setelah menjalankan berbagai upaya di atas maka didapatkanlah strategi Naghom wa Nasyidah. Strategi ini sangat bagus dan terus di pakai dijalankan hingga moda luring saat ini.

Strategi pembelajaran Naghom wa Nasyidah atau strategi berbasis lagu dan nyanyian, cukup efektif untuk diterapkan pada sistem pembelajaran daring maupun luring. Sebagai upaya pemecahan masalah dari akumulasi problematika pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua di madrasah. Strategi ini berhasil menggugah minat belajar murid terhadap bahasa Arab. Naghom wa Nasyidah juga berfungsi mengobati kepenatan dan stressor psikososial murid. Dalam pelaksanaannya guru dapat memanfaatkan kekuatan musik dan lirik lagu yang telah di kreasi dalam mengatasi kejenuhan murid dalam pembelajaran.

Dalam sejarahnya strategi pembelajaran berbasis lagu dan nyanyian ini telah lama diterapkan di pondok pesantren, madrasah diniyah, musholla-musholla tradisional. Beberapa kitab nahwu, sharf, aqidah, dan fikih, dihafalkan dalam bentuk nadzom yang dinyanyikan bersama-sama di dalam kelas. Diantaranya: kitab Amtsilatut Tashrifyah, Imrity, Alfiyah Ibnu Malik, Aqidatul Awam, Nadzom Taqrib, dan lain-lain. Ada beberapa materi pembelajaran bahasa Arab berbasis lagu dan nyanyian yang berisi materi tata bahasa yang telah beredar luas di masyarakat dan bisa akses videonya di kanal youtube antara lain, 1) lagu Tashrif Fa'ala fa'alu yang di nyanyikan oleh santri-santri Madura, diproduksi oleh NC Pictures. 2) lagu Nadzom Alfiah Ibnu Malik oleh M.Yusuf Al-Lampungi.  3) lagu Tsulasi mujarrod oleh Kang Saif.  4) lagu Tsulasi Mazid oleh Santra. Dan banyak lagi lainnya. Adapun materi pembelajaran berbasis lagu dan nyanyian yang berisi hafalan mufrodat atau kosa kata baru dapat dibuat sendiri oleh guru. Yakni dengan memasukkan lirik yang sesuai dengan materi pembelajaran pada lagu-lagu yang sudah trend dan mudah dinyanyikan. Seperti : lagu sholawat badar, lagu sholawat mahallul qiyam, lagu jaana sanam, lagu kuch-kuch hota hai, atau lagu-lagu pop dan lagu melayu yang disukai oleh murid-murid.

Strategi pembelajaran Naghom wa Nasyidah ini akan berdampak pada meningkatnya penguatan pemahaman tata bahasa (nahwu shorof) yang telah dipelajari, dan menambah penguatan kosa kata baru (mufrodat), serta menjadi hiburan ditengah suasana pembelajaran bahasa kedua yang melelahkan. Strategi ini juga efektif untuk menjawab heterogenitas kemampuan murid terhadap bahasa Arab. Karena menyanyikan sebuah lagu tidak perlu memiliki dasar kemampuan tertentu. Cukup dinyanyikan saja dalam suasana yang rileks dan ceria. Tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah agar bahasa Arab dapat dikuasai oleh murid. Untuk dapat menguasai materi pelajaran bahasa Arab harus melalui tahap-tahap pemerolehan bahasa Arab itu sendiri. Penguasan  materi bahasa Arab oleh murid dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor kesiapan batin. Suasana batin yang penat akan menghalangi keberhasilan penyerapan pengetahuan. Maka Strategi pembelajaran berbasis lagu dan nyanyian ini akan membuka suasana batin murid menjadi rileks, segar, dan menyenangkan. sehingga menjadi lebih siap untuk melakukan pembelajaran.

Tahapan pembelajaran bahasa Arab berbasis lagu dan nyanyian adalah sebagai berikut: Pertama, guru memberikan materi ajar daring maupun luring berupa lirik lagu yang berisi materi nahwu atau shorof atau mufrodat baru kepada murid. Kemudian guru memberikan identifikasi materi pada lirik lagu tersebut. Kedua, guru memberikan contoh lagu yang mudah dari lirik yang telah dibagikan. Ketiga, guru memberikan tugas kepada murid untuk menyanyikan berulang-ulang dan menghafalkan lirik dan lagu yang mudah tersebut. Keempat murid dipersilahkan mengkreasi lagu dan liriknya untuk memperkaya isi dari materi pembelajaran. Tugas, murid menyanyikan lagu yang disukainya yang berisi lirik pembelajaran bahasa Arab di depan kelas, atau murid mengumpulkan via E-learning berupa rekaman video lagu dan nyanyian diatas dalam waktu 1 hingga 7 hari kedepan. Strategi pembelajaran bahasa Arab berbasis lagu dan nyanyian bermanfaat untuk melatih pelafalan (makhorijul huruf) kata dan kalimat dengan fasih. Tugas menghafalkan lagu dan  menyanyikannya berulang-ulang akan menambah kosa kata baru dan memberikan kesan mendalam dalam hati murid. Sehingga kosa kata baru tersebut tidak akan mudah dilupakan dalam waktu relatif lama. Karena ketika ingat lagunya, maka akan ingat juga liriknya. Ketika ingat liriknya maka akan ingat kosa kata barunya. Tarigan (2008) mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung pada kualitas dan kuantitas kosa kata yang dimiliki.[2] Semakin banyak mufrodat Arab yang dimiliki seseorang maka semakin besar kemungkinan ia terampil dalam berbahasa Arab.

Mengapa strategi pembelajaran bahasa Arab berbasis lagu dan nyanyian ini perlu dipilih untuk diterapkan. Karena strategi ini cukup memenuhi unsur-unsur prinsip teori linguistik struktural.[3]  Yang menyimpulkan bahwa: 1) Bahasa merupakan hasil alat ucap. Karena itu keterampilan berbahasa lisan harus diutamakan. 2) Bahasa merupakan faktor habit atau kebiasaan. Karena itu bahasa harus dilatihkan berulang-ulang. 3) bahasa merupakan proses rangsang (stimulus response). Oleh karena itu harus dilatihkan menanggapi secara spontan setiap rangsangan yang diberikan.

         

Teringat pujangga Arab berkata tentang upaya mencapai tujuan pembelajaran terbaik dalam amtsalnya :

Engkau mengharap keberhasilan tetapi engkau tidak jalani jalan menuju keberhasilan itu. Sesungguhnya kapal laut tidak mungkin berjalan di atas tanah kering..

 

Wabillahi Taufiq wal hidayah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIOGRAFI PENULIS

 

SO'IM, M.Pd Guru Bahasa Arab di MTs Negeri 7 Jember sejak tahun 2012. Dilahirkan di Jember pada tanggal 10 Nopember  tahun 1969 dari ayah Muannam Marjani.me - Copy.jpg Tinggal di Jl. Bagon No. 7 desa Jambearum Puger Kabupaten Jember Jawa Timur. bersama  istri tercinta Chusnul Chotimah, S.Pd dan tiga orang anak,

yakni Fatimah, Shamil Marjani, dan Iffat Fikriyah. Pendidikan S1 diperoleh di Staifas kencong Jember Jurusan PAI pada tahun 2005, S1 IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jurusan PBA pada tahun 2011, dan Pasca Sarjana  IAIN Jember Jurusan PBA pada tahun 2017.

Pengalaman mempelajari bahasa Arab di beberapa Pondok pesantren mulai tahun 1988 hingga 1996, yaitu pondok Assunniyah Kencong, pondok Al-Misri Curahmalang, pondok Nurul Jadid Paiton, dan Kursus bahasa Arab la Tansa Pare Kediri.

Karir sebagai pendidik diawali sebagai guru bahasa Arab di MI Wahid Hasyim Jambearum, dan MA Wahid Hasyim Balung kabupaten Jember tahun 1996-2006.  Diangkat sebagai PNS dan ditugaskan sebagai staff seksi Mapenda Kantor Kemnterian Agama Kabupaten Bondowoso tahun 2006-2009. Mutasi dari pegawai kantor menjadi Guru Bahasa Arab di MTs Negeri 2 Bondowoso dengan tugas tambahan sebagai Waka Kurikulum tahun 2009-2012.  Pindah ke MTs Negeri 7 Jember sebagai guru bahasa Arab dan tugas tambahan sebagai Waka Humas hingga sekarang

 

Penulis



[1] Watnaya, Edu Teach, Jurnal Edukasi dan Teknologi Pembelajaran, I, 153-165., https://doi.org/10.37859/eduteach.v1i2. 1987

[2] Tarigan, H.G. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Angkasa, (2008)

[3] Anshor, A.M. Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-Metodenta, Teras, (2009)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarapan Bersama Siswa-siswi , Guru dan Karyawan MTsN 7 Jember:" Mencintai Masakan Ibu dan Mengurangi Penggunaan Plastik" / Ihsanuddin

Siswa MTsN 7 Jember, Zidan Adabi, Jalani Pelatihan Tenis Meja di Malaysia/Ihsanuddin

Sambil Menyelam Minum Air MTs.N 7 Jember/Sujarwati