FENOMENA BULLYING / Drs.H.HASIT YASIN,M.Pd.I

Bullying berasal dari bahasa inggris bullying yang artinya;kekerasan atau paksaan dan kata bullying itu sendiri merupakan salah satu kata yang  senada dengan ma'na perundungan atau pembulian, penggunaan kekerasan,ancaman atau paksaan untuk menyalahgunakan wewenang,kesempatan dan jabatan hanya untuk kepentingan sesa'at,kepentingan individu atau kelompok.Masalah ini sebenarnya sangat bekaitan dengan  masalah sosial yang seringkali diabaikan,tidak diperhatikan, padahal dampaknya sangat besar / signifikan, baik bagi sikorban, pelaku, maupun masyarakat luas. Dalam menghadapi bullying ini, kita harus memerlukan kesadaran yang tinggi, ketegasan, serta strategi yang efektif untuk mencegah dan menanggulanginya atau kalau bisa membumikannya. Pada pembahasan kali ini kami akan membahas secara mendalam tentang fenomena bullying, dampak dan langkah-langkah yang harus diambil dalam  menghadapi dan mengatasi bullying.

 

Bullying dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku agresif yang melibatkan ketidak seimbangan antara kekuatan dan kekuasaan. Hal Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik, verbal, sosial, dan siber (cyberbullying). Bullying fisik meliputi tindakan seperti memukul, menendang, atau merusak barang milik korban. Bullying verbal mencakup ejekan, penghinaan, atau ancaman. Bullying sosial terjadi ketika seseorang disisihkan dari kelompok atau dijadikan bahan gosip. Cyberbullying adalah bentuk bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti pesan teks, media sosial, atau email.

Bullying di kalangan anak didik merupakan masalah yang kompleks dan multifaset. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seorang anak menjadi pelaku bullying. Memahami penyebab ini adalah langkah penting untuk mengatasi dan mencegah bullying di lingkungan pendidikan. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama bullying pada anak didik:

1. Pengaruh Keluarga

Keluarga memainkan peran penting dalam membentuk perilaku anak. Beberapa faktor keluarga yang dapat menyebabkan bullying antara lain:

 

a- Kurangnya Pengawasan Orang Tua: Anak-anak yang kurang diawasi cenderung lebih bebas melakukan tindakan agresif tanpa takut konsekuensi. Mereka mungkin tidak mendapatkan bimbingan yang cukup tentang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

b- Kekerasan dalam Rumah Tangga: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan seringkali meniru perilaku agresif yang mereka saksikan di rumah. Mereka mungkin melihat kekerasan sebagai cara yang efektif untuk menyelesaikan konflik atau mendapatkan apa yang mereka inginkan.

c- Kurangnya Kasih Sayang: Anak-anak yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orang tua mungkin mencari perhatian dengan cara yang negatif, termasuk bullying.

 

2. Pengaruh Teman Sebaya

Teman sebaya memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak. Faktor-faktor berikut dapat berkontribusi pada perilaku bullying:

a.Tekanan dari Kelompok Teman*: Anak-anak seringkali melakukan bullying untuk diterima atau dihormati oleh kelompok teman mereka. Mereka mungkin merasa bahwa dengan melakukan bullying, mereka dapat meningkatkan status sosial mereka dalam kelompok.

b.Lingkungan Sosial yang Toleran terhadap Bullying*: Jika lingkungan sosial anak, seperti sekolah atau komunitas, tidak secara tegas menolak bullying, anak-anak mungkin merasa bahwa perilaku tersebut dapat diterima.

 

3. Faktor Psikologis dan Emosional

Beberapa faktor psikologis dan emosional yang dapat mempengaruhi perilaku bullying pada anak meliputi:

a- Rasa Rendah Diri* Anak-anak yang memiliki rasa rendah diri atau merasa tidak aman mungkin menggunakan bullying sebagai cara untuk mengimbangi perasaan tidak berdaya mereka. Dengan menindas orang lain, mereka mencoba untuk merasa lebih kuat atau berkuasa.

b- Kesulitan Mengelola Emosi: Anak-anak yang kesulitan mengelola emosi mereka, seperti kemarahan atau frustrasi, mungkin mengekspresikan emosi tersebut melalui perilaku agresif.

c- Gangguan Mental: Beberapa gangguan mental, seperti gangguan perilaku atau gangguan oppositional defiant, dapat meningkatkan kecenderungan anak untuk melakukan bullying.

4. Pengaruh Media dan Budaya Populer

Media, termasuk televisi, film, dan internet, dapat memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku anak:

a.- Paparan terhadap Kekerasan: Anak-anak yang sering terpapar pada kekerasan di media mungkin menjadi kurang sensitif terhadap dampak negatif dari kekerasan dan lebih cenderung meniru perilaku tersebut.

b.- Idola yang Agresif: Jika anak-anak mengidolakan tokoh-tokoh yang menunjukkan perilaku agresif, mereka mungkin meniru perilaku tersebut dengan harapan dapat menjadi seperti idola mereka.

5. Lingkungan Sekolah

 

Lingkungan sekolah juga memiliki peran penting dalam mempengaruhi perilaku anak:

a.- Kurangnya Pengawasan di Sekolah: Sekolah yang kurang pengawasan, terutama selama waktu istirahat atau di tempat-tempat tertentu, bisa menjadi tempat subur bagi bullying.

b.- Kebijakan Anti-Bullying yang Lemah: Sekolah yang tidak memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas atau tidak menegakkan kebijakan tersebut secara konsisten, mungkin akan melihat peningkatan insiden bullying.

 

6. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Kesenjangan sosial dan ekonomi juga dapat menjadi faktor penyebab bullying:

a.- Ketimpangan Sosial : Anak-anak yang berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda mungkin mengalami kecemburuan atau merasa superior, yang kemudian diekspresikan melalui bullying.

b.- Stigma Sosial: Anak-anak yang berbeda, baik dari segi ras, etnis, agama, atau orientasi seksual, seringkali menjadi target bullying karena perbedaan tersebut.

 

Setiap perbuatan atau tindakan yang mengarah pada sikap ammoral pasti mempunyai pengaruh dan dampak  yang tidak sempit atau  sangat luas dan mendalam. Bagi si korban, bullying dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan rendahnya rasa percaya diri. Dalam beberapa kasus ekstrem, bullying dapat mendorong korban untuk melakukan tindakan yang lebih parah, seperti melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Selain itu, dampak fisik seperti luka atau cedera juga dapat terjadi apabila tidak dapat menghindari dari perbuatan tersebut,Pelaku bullying juga tidak luput dari dampak negatif. Mereka yang sering melakukan bullying berisiko tinggi untuk terlibat dalam perilaku kriminal di masa depan, serta menghadapi kesulitan dalam hubungan interpersonal. Di sisi lain, lingkungan sekolah atau komunitas yang toleran terhadap bullying akan menghadapi suasana yang tidak aman dan tidak nyaman, yang dapat menghambat proses belajar dan perkembangan sosial anggota komunitas tersebut.

 

Langkah-langkah Menghadapi Bullying

 

1. Peningkatan Kesadaran Diri Sendiri dan Pendidikan : Pendidikan tentang bullying harus dimulai sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan tentang apa itu bullying, bagaimana cara mengidentifikasinya, dan apa yang harus dilakukan jika mereka atau orang lain menjadi korban. Program pendidikan anti-bullying di sekolah-sekolah dapat membantu meningkatkan kesadaran dan memberikan alat bagi siswa untuk menghadapi bullying.

2.Penerapan Kebijakan yang Tegas : Madrasah dan tempat kerja perlu memiliki kebijakan yang tegas terhadap bullying. Kebijakan ini harus mencakup definisi yang jelas tentang apa itu bullying, prosedur untuk melaporkan insiden bullying, dan konsekuensi bagi pelaku bullying. Penerapan kebijakan yang konsisten akan menunjukkan bahwa bullying tidak akan ditoleransi.

3.Dukungan untuk Korban : Korban bullying memerlukan dukungan emosional dan psikologis. Konseling dapat membantu korban untuk mengatasi dampak emosional dari bullying dan membangun kembali kepercayaan diri mereka. Dukungan dari keluarga dan teman-teman juga sangat penting.

4.Intervensi yang tepat terhadap Pelaku : Pelaku bullying juga memerlukan perhatian. Mereka mungkin memiliki masalah yang mendasari perilaku agresif mereka, seperti masalah di rumah atau gangguan emosional. Program intervensi yang tepat dapat membantu pelaku untuk mengubah perilaku mereka dan mencegah mereka melakukan bullying di masa depan.

5.Penciptaan Lingkungan yang Inklusif : Menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghargai perbedaan adalah langkah penting dalam mencegah bullying. Ini termasuk mempromosikan nilai-nilai seperti empati,toleransi, rasa hormat, dan kerjasama di antara anggota komunitas. Kegiatan yang memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas dapat mengurangi kemungkinan terjadinya bullying.

 

Kesimpulan

Untuk menghadapi berbagai aksi bullying yang sudah meraba dan menyebar diberbagai lapisan masyarakat,maka memerlukan upaya secara kolektif dan kooperatif dari semua pihak,baik terhadap diri sendiri atau termasuk individu, madrasah, keluarga dan masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran, menerapkan kebijakan yang tegas, memberikan dukungan kepada korban, melakukan intervensi yang tepat terhadap pelaku, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan kondusif, maka kita dapat berupaya untuk mengurangi prevalensi bullying dan menciptakan masyarakat yang lebih aman, kondusif dan harmonis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuku, Kartini di Dalam Rumah: Sosok Malaikat Tak Bersayap / Oleh Nala Arwi

PENERAPAN NILAI PANCASILA DALAM OLAHRAGA / I.W

Berkah Ramadan Pasca Operasi Batu Empedu