Inspirasi hidup: Semangat Juang di Masa Kecil/ SO’IM

Setiap kita memiliki perjalanan hidup yang penuh dengan warna, bergumul dengan mimpi, cita-cita, dan tantangan. Dari tantangan-tantangan inilah kita belajar dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Inspirasi sering kali muncul dari pengalaman hidup yang berat, ketika seseorang mampu mengatasi rintangan dengan ketekunan dan kegigihan. Salah satu inspirasi yang cukup penting untuk  diangkat adalah bagaimana saya mencapai keberhasilan sebagai seorang karateka blue belt di KKI kabupaten Jember, meskipun jalannya tidak mudah. Sebuah contoh pengalaman hidup inspiratif yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Awal Kehidupan dengan tantangan

Saya seorang anak, yang lahir di sebuah desa bernama Jambearum dusun Kedungsumur. Tumbuh dalam keluarga petani sederhana yang religius. Ayah bekerja sebagai petani tradisional. Ibu juga bertani membantu ayah. Sesekali ayah memimpin kegiatan tradisi keagamaan di desa bersama sesepuh-sesepuh desa yang lain, mengingat ayah adalah keluarga santri pondok. Kehidupan saya bersama anak-anak di desa tidak mudah, karena sebagai anak minoritas suku Jawa yang hidup di tengah-tengah mayoritas anak madura yang suka berkelahi dan super jail. keterbatasan akses pertemanan agak sulit karena posisinya sebagai minoritas. Sering kalah dalam even perkelahian antar kelompok di Kampung, dan ketika kalah maka akan menjadi bahan ejekan di sekolah. 

Meskipun begitu, anak-anak suku Jawa yang tergabung dalam grup kasti Wele (wetan lepen), sering memenangkan pertandingan Kasti melawan grup Barso (berek songai) yang supporternya jauh lebih besar. Sering terjadi ketika telah selesai pertandingan kasti, permusuhan dan persiapan berkelahi dimulai. Perkelahiannya satu lawan satu. Tidak boleh keroyokan (aturan adat). Siapa yang terjatuh/ kalah dalam perkelahian tersebut, maka siap-siap menanggung malu esok harinya. Siap-siap untuk menjadi bahan olok-olokan besok pagi di sekolah. Rasanya seperti tak punya muka, sangat malu. Jarang sekali anak wetan lepen (timur sungai) bisa menang dalam perkelahian, karena harus melawan anak berek songai (barat sungai) yang sudah terseleksi dari komunitasnya.

Pada usia 11 tahun, saya memasuki kelas 5 Madrasah Ibtida'iyah. Pada usia tersebut seorang anak sudah boleh ikut organisasi beladiri. Maka terpilihlah organisasi karate Black Panther yang dipimpin oleh simpei Sarkam. Mengapa memilih karate ?, karena karate lebih mudah dipelajari, iurannya murah, dan anggotanya banyak anak-anak Wele. Sementara anak-anak Barso banyak yang bergabung dengan pencak Cimande.  

Ketekunan dalam berlatih

Bersama anak-anak wele saya berlatih karate seminggu dua kali dengan rajin penuh semangat, demi mimpi, agar tak selalu kalah dalam perkelahian setelah selesai bermain kasti. Ketekunan dan semangat pantang menyerah ini terbawa hingga saya melanjutkan sekolah di SMP Negeri Kasiyan dengan Eskul karate Shindoka (Shintoryu Indonesia Karate). Kemudian lanjut di SMA dengan Eskul KKI (kusinryu karatedo Indonesia). Dengan ketekunan, semangat, dan mimpi besar ini, maka pada tahun 1987 saya berhasil memasuki turnamen Forki tingkat kabupaten Jember. Dengan membawa nama besar KKI menjadi Juara 2 kelas menengah FORKI.

Melanjutkan Semangat Juang Masa Kecil

Masa kecil adalah masa bermain yang penuh kelucuan. Ternyata semangat untuk menang dalam pertandingan kasti dan perkelahian talah membangun karakter tekun dan bersungguh-sungguh dalam berlatih. Walaupun keadaannya sudah beda.  Dulu lawan-lawan dimasa kecil sekarang telah menjadi kawan. Dulu ada wele dan barso sebagai musuh bebuyutan, sekarang telah menjadi Jambearum dengan semangat membangun bangsa.

Pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Bahwa ketekunan, kegigihan, dan mimpi-mimpi adalah jalan untuk menggapai cita-cita, menjadi contoh nyata bagaimana seseorang bisa bangkit untuk mencapai keberhasilan.

 

Dikirim dari Email untuk Windows

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sarapan Bersama Siswa-siswi , Guru dan Karyawan MTsN 7 Jember:" Mencintai Masakan Ibu dan Mengurangi Penggunaan Plastik" / Ihsanuddin

Siswa MTsN 7 Jember, Zidan Adabi, Jalani Pelatihan Tenis Meja di Malaysia/Ihsanuddin

Sambil Menyelam Minum Air MTs.N 7 Jember/Sujarwati