Pengabdian Tulus Seorang Guru Matematika: Lebih dari Sekadar Mengajarkan Numerasi By Nurul Laili, S.Pd., M.Pd.I

Di sebuah madrasah menengah di pelosok negeri, ada seorang guru matematika yang dikenal bukan hanya karena kemampuannya mengajarkan rumus dan angka, tetapi karena ketulusan pengabdiannya dalam mendidik akhlak murid-muridnya. Bu Lely, begitu ia akrab disapa, memandang profesinya sebagai panggilan jiwa, bukan sekadar pekerjaan. Bagi Bu Lely, menjadi seorang guru bukan hanya soal membekali siswa dengan kemampuan menghitung atau menyelesaikan soal-soal matematika, tetapi juga tentang membentuk karakter dan membimbing mereka menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Setiap kali memasuki kelas, Bu Lely tidak hanya mengajar materi pelajaran matematika dengan penuh semangat, tetapi ia selalu memulai pembelajaran dengan kisah-kisah inspiratif yang mengajarkan pentingnya nilai-nilai kehidupan. Ia percaya bahwa keberhasilan seorang siswa tidak semata-mata diukur dari kemampuan akademisnya, melainkan juga dari bagaimana siswa tersebut bertindak, berbicara, dan memperlakukan orang lain.

"Saat kalian menghitung angka, ingatlah bahwa hidup juga penuh dengan perhitungan yang lebih dalam, yaitu bagaimana kalian menghitung kebaikan yang kalian tanam di dunia ini," ujarnya suatu hari kepada murid-muridnya. Bagi Bu Lely, rumus matematika adalah sarana untuk melatih logika dan ketelitian, namun kebaikan hati dan kejujuran adalah pelajaran yang seharusnya diutamakan.

Bu Lely juga sering menekankan bahwa kesuksesan sejati tidak diukur dari nilai ujian, melainkan dari sejauh mana seseorang bermanfaat bagi orang lain. "Matematika mengajarkan kita bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Begitu juga dalam kehidupan, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan niat baik dan usaha tulus," ujarnya penuh bijak. Ia selalu memastikan bahwa setiap murid yang keluar dari kelasnya tidak hanya membawa pengetahuan tentang rumus matematika, tetapi juga membawa pemahaman tentang pentingnya bersikap baik dan bertanggung jawab.

Di madrasah, Bu Lely dikenal sebagai sosok yang sabar. Jika ada murid yang mengalami kesulitan dalam belajar, ia tidak pernah bosan untuk memberikan bimbingan ekstra, bahkan di luar jam pelajaran. Ia sering mengajak murid-muridnya berdiskusi tentang bagaimana matematika bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam pengelolaan uang atau cara berpikir yang sistematis dalam menghadapi masalah. Namun di balik itu semua, Bu Lely selalu menyelipkan pesan moral: "Matematika hanyalah alat. Yang lebih penting adalah bagaimana kita memanfaatkan alat itu untuk menjadi pribadi yang lebih baik."

Di setiap akhir semester, Bu Lely selalu menyempatkan diri untuk mengadakan sesi refleksi bersama murid-muridnya. Ia mengajak mereka berbicara bukan hanya tentang nilai atau peringkat, tetapi tentang pengalaman hidup yang mereka pelajari sepanjang semester. Baginya, momen ini lebih berharga daripada sekadar pembagian raport. "Nilai-nilai kehidupan ini yang akan kalian bawa selamanya," katanya sambil tersenyum.

Bu Lely adalah gambaran seorang guru yang tulus mengabdi. Ia tidak pernah mengharapkan penghargaan, ia hanya berharap bahwa setiap murid yang ia bimbing kelak menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat, tidak hanya dengan kecerdasan matematikanya, tetapi juga dengan kebaikan hati dan akhlak yang mulia. Sosoknya mengajarkan kepada kita semua bahwa pengabdian seorang guru bukan sekadar tentang mencerdaskan bangsa, tetapi juga membentuk karakter generasi penerus yang berbudi pekerti luhur.

Pada akhirnya, apa yang Bu Lely ajarkan jauh melampaui batas-batas kelas matematika. Ia meninggalkan jejak yang mendalam di hati setiap muridnya, bukan karena kemampuan mereka menghitung angka, tetapi karena nilai-nilai kehidupan yang ia tanamkan. Bu Lely adalah bukti nyata bahwa pengabdian seorang guru tidak hanya diukur dari berapa banyak siswa yang berhasil dalam ujian, tetapi dari bagaimana ia membimbing mereka menjadi manusia yang lebih baik.

 

 

 

Sent from Mail for Windows

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuku, Kartini di Dalam Rumah: Sosok Malaikat Tak Bersayap / Oleh Nala Arwi

PENERAPAN NILAI PANCASILA DALAM OLAHRAGA / I.W

Berkah Ramadan Pasca Operasi Batu Empedu