EMANSIPASI WANITA INDONESIA / HASIT YASIN

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ( النساۤء/4: 9)
Terjemahan Kemenag 2019
9.  Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).
 (An-Nisa'/4:9)
EMANSIPASI WANITA INDONESIA.
Raden Ajeng Kartini adalah merupakan salah satu sosok Wanita Indonesian yang terkenal sebagai pahlawan nasional, karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan. Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, dan hidup pada masa penjajahan Belanda. Sejak usia muda, Kartini sudah menunjukkan minat dan semangat yang besar terhadap pendidikan, meskipun pada masa itu pendidikan untuk perempuan sangat terbatas.
Kartini merasa prihatin dengan kondisi perempuan di Indonesia yang pada waktu itu terbelenggu oleh tradisi patriarki dan kebijakan kolonial. Banyak perempuan yang tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi dan hanya terjebak dalam tugas-tugas domestik. Keinginan Kartini untuk mengubah nasib perempuan tersebut mendorongnya untuk memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak mereka. Ia menulis surat-surat yang terkenal yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Dalam surat-surat tersebut, Kartini banyak berbicara tentang pentingnya pendidikan, kebebasan berpikir, dan hak perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik.
Perjuangan Kartini tidak hanya terbatas pada pendidikan perempuan. Ia juga memperjuangkan agar perempuan bisa memperoleh kebebasan dalam memilih pasangan hidup mereka dan tidak terjebak dalam pernikahan yang diatur oleh orang tua. Meski saat itu Kartini harus berjuang dalam keterbatasan, namun ia tidak pernah menyerah dan terus berupaya untuk membuka mata masyarakat akan pentingnya perubahan.
Namun, perjuangan Kartini tidak berlangsung mudah. Ia harus menghadapi banyak hambatan, terutama dari tradisi dan adat yang sangat kuat pada masa itu. Meskipun demikian, Kartini tetap gigih memperjuangkan cita-citanya, meskipun ia tidak sempat melihat hasil dari perjuangannya secara langsung. Kartini meninggal pada usia muda, yakni 25 tahun, pada 17 September 1904.
Meskipun demikian, warisan perjuangan R.A. Kartini tetap hidup hingga kini. Pemikiran-pemikirannya tentang kesetaraan gender dan pendidikan untuk perempuan telah membuka jalan bagi banyak perempuan Indonesia untuk mendapatkan hak yang setara. Oleh karena itu, R.A. Kartini diingat sebagai salah satu pahlawan yang berperan besar dalam emansipasi perempuan di Indonesia. Hari kelahirannya, 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang perjuangannya yang tak ternilai harganya dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi perempuan Indonesia.
Raden Ajeng Kartini adalah tokoh perjuangan emansipasi wanita Indonesia yang terkenal dengan perjuangan untuk memajukan hak-hak perempuan pada masa kolonial Belanda. Kartini dikenal sebagai pelopor gerakan kebangkitan perempuan di Indonesia. Perjuangannya banyak berfokus pada hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, kebebasan berpendapat, serta kesetaraan dalam masyarakat yang sangat patriarkal pada masa itu.
Pada masa hidupnya, pendidikan bagi perempuan di Indonesia sangat terbatas, bahkan hampir tidak ada kesempatan bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan formal. Sebagian besar perempuan hanya dipandang sebagai warga rumah tangga yang terbatas pada urusan domestik. Namun, Kartini menentang pemikiran ini dan bertekad untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Ia merasa bahwa untuk mencapai kemajuan dan kesetaraan, perempuan Indonesia harus diberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri.
Kartini mengungkapkan pemikirannya melalui surat-surat yang ditulisnya kepada sahabat-sahabat Belandanya, seperti Stella, yang kemudian dikenal dengan nama Habis Gelap Terbitlah Terang. Dalam surat-suratnya, Kartini dengan lantang menyuarakan harapannya untuk melihat perempuan Indonesia keluar dari belenggu tradisi dan memperoleh hak yang setara dengan laki-laki. Ia juga mengkritik sistem adat dan kebiasaan yang membelenggu kebebasan perempuan, seperti poligami dan pernikahan dini yang saat itu masih berlaku di kalangan masyarakat pribumi.
Selain itu, Kartini juga berjuang untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan. Ia memimpikan sebuah Indonesia di mana perempuan dapat berperan aktif dalam berbagai bidang kehidupan, bukan hanya terkungkung dalam ruang domestik. Kartini tidak hanya berbicara tentang pendidikan formal, tetapi juga tentang kesetaraan kesempatan dalam bidang pekerjaan, hak untuk berpendapat, serta hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
Perjuangan Kartini tidak hanya terbatas pada pemikiran dan tulisan. Ia juga aktif mendirikan sekolah untuk perempuan di lingkungan sekitarnya. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Kartini ini menjadi cikal bakal lahirnya kesadaran pentingnya pendidikan bagi perempuan di Indonesia.
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibuku, Kartini di Dalam Rumah: Sosok Malaikat Tak Bersayap / Oleh Nala Arwi

PENERAPAN NILAI PANCASILA DALAM OLAHRAGA / I.W

Berkah Ramadan Pasca Operasi Batu Empedu